Senin, 10 April 2017

LAPORAN HASIL OBSERVASI KELOMPOK 1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN



Kelompok 1
Alde Rahman Ifari                  161301166
Eunike Aprillia Siagian          161301169
Saras Gusvita                          161301173
Nabila Yasmin Fahira             161301180
Alifah Nabilah Dara               161301182
Dhita Dwi Endayu                  161301188
Dolly Indra Aulia                   161301233

Topik:Instruksi dan Konsep Pembelajaran serta Manajemen Kelas pada Sekolah Menengah  Pertama 
Judul : Metode Pembelajaran Efektif dan Penataan Kelas yang Digunakan di SMP Al-Azhar Medan
Data Sekolah
Nama                             : Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Medan
Alamat                       : Jalan Pintu Air IV No. 124. Kwala Bekala, Medan Johor, Kota      Medan, Sumatera Utara
Konsep Pembelajaran  : Konsep E-learning dengan menggunakan infocus dan Microsoft     
Power Point yang dilakukan guru  saat menjelasakan ataupun murid     saat persentase dan menggunakan metode Teacher Centered dan Learner Centered.
Deskripsi Sekolah
SMP Al-Azhar Medan adalah salah satu sekolah terfavorit di kota Medan. Memiliki luas sekolah yang cukup besar. Karena SMP Al-Azhar merupakan bagian dari sebuah yayasan, SMP Al-Azhar harus berbagi lokasi dengan SD maupun SMA Al-Azhar. SMP Al-Azhar memiliki 4 tingkatan kelas, diantaranya Reguler, Plus, Bilingual, dan Akselerasi. Lokasi sekolah yang memiliki banyak pohon di sekitarnya membuat suasana sekolah nyaman dan asri.

BAB I : PERENCANAAN
1.1. Pendahuluan
Metode pembelajaran merupakan hal yang penting dalam suatu pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Metode diperlukan karena nantinya seorang guru ataupun seorang murid penting sebagai instruktur dalam sebuah proses belajar. Tanpa adanya metode dan instruktur dalam suatu kelas, pembelajaran tidak selalu berjalan dengan baik. Ilmu tidak hanya didapatkan dari seseorang belajar sendiri, tetapi ilmu juga didapat dari indra kita, yaitu mendengar penjelasan ataupun arahan pembelajaran dari orang lain. konsep pembelajaran juga diperlukan, dimana seseorang akan lebih mudah menyampaikan materi dengan baik. Materi pun juga akan mudah dipahami dan diterapkan.
Disamping metode dan konsep pembelajaran, hal yang perlu diketahui adalah sebuah manajemen kelas, yaitu penataan kelas. Hal tersebut sangatlah penting demi kenyamanan para siswa ataupun guru dalam proses belajar. Kenyamanan dalam kelas adalah hal yang penting, karena penataan kelas yang baik membantu siswa lebih berkonsentrasi dan menerima pembelajaran dalam kelas serta lebih semangat mengikuti pembelajaran. Dibawah ini kami akan menjelaskan apa itu instruksi pembelajaran, konsep pembelajaran serta manajemen kelas dengan kelebihan dan kekurangan setiap materi tersebut. Fokus dari materi tersebut juga menjelaskan hasil observasi kami mengenai ketiga materi diatas.

1.2. Landasan Teori
1.2.1 Manajemen Kelas
            Manajemen kelas perlu dikelola secara efektif, karena dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran pada murid. Sebuah pandangan menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol perilaku murid. Pandangan lainnya memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri.
Menajemen kelas yang membuat murid menjadi bersikap pasif dan patuh terhadap aturan-aturan yang ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran yang aktif, pemikiran dan konstruksi pengetahuan sosial murid.
Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional.
            Manajemen kelas yang efektif perlu mendesain lingkungan fisik kelas yang sekadar penataan barang di kelas.
Prinsip Penataan Kelas
·         Kurangi kepadatan di area yang sering dilewati
·         Pastikan bahwa guru dapat melihat dengan mudah semua murid
·         Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses
·         Pastikan murid dapat melihat dengan mudah semua presentasi kelas

Gaya Penataan
·    Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru
·    Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap
· Gaya off-set, beberapa murid berpasangan duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung sama lain
·  Gaya seminar,sejumlah murid berpasangan duduk di susunan berbentuk lingkaran atau persegi atau bentuk U
·  Gaya klaster (cluster), sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil.

Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Strategi Umum
·        Gaya otoritatif
Guru yang otoritatif akan cendrung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau berkerja sama dengan teman, dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoritatif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
·         Gaya permisif
Gaya manajemen kelas ini member banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku murid. Muridnya cenderung mempunyai keahlian akademik yang tidak memadai dan control diri yang rendah.

Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menetapkan aturan kelas (class routine)
Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa berbeda. Seorang guru tidak boleh menyalahkan atau membenci  siswa karena kebiasaan mereka yang baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang pendidikan sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui pemberian aturan saat proses pembelajaran, terutama pada awal pertemuan pembelajaran sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan guru.

2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)
Dalam memulai suatu materi pembelajaran diperlukan ketepatan waktu bagi guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah diatur pada saat menetapkan aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan tidak ada waktu yang terbuang banyak.

3. Mengatur pelajaran (managing the lesson)
Proses pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancar dan tidak mengalami gangguan atau hambatan. Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa, kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok, tidak terlalu banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh.

4. Mengelompokkan siswa (grouping the student)
Pada saat meembahas materi tertentu, diperlukan juga siswa harus berkelompok agar mereka  dapat bekerja sama dan tidak individualis. Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut dapat memanage dirinya sendiri dan teman-temannya.

5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson)
Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru harus membuat klimaks naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya.

Kelebihan dan Kekurangan dalam Pengelolaan Kelas
a. Kelebihan dalam Pengelolaan Kelas
- Sangat efektif dalam pembelajaran
- Siswa merasa nyaman bila ini sukses dilakukan
- Menjadi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan
- Siswa dapat menanggapi dengan cepat setiap pembelajaran yang ada
- Guru dapat mengajar dalam melanjutkan materi selanjutnya dengan nyaman

b. Kekurangan dalam Pengelolalan Kelas
- Susah diterapkan
- Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas
- Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru
- Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya

1.2.2. Konsep Pembelajaran E-Learning              
Pengertian  E- learning
Mendefinisikan e-learning sebagai pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.

Ciri-ciri dari pemanfaatan TIK pada e-learning antara lain adalah:
·        Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana pengajar dan yang diajar dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokelor.
·        Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehinga dapat diakses oleh pengajar dan yang diajar.
·        Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

Kelebihan E-learning
·        Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pengajar dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
·        Bila yang diajar memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
·        Baik pengajar maupun yang diajar dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Kekurangan E-Learning
·        Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar.
·        Tidak semua area/tempat tersedia fasilitas internet
·        Lambat dalam menguasai komputer.

1.2.3. Instruksi Pembelajaran Teacher-Centered dan Learner-Centered
Dalam pendekatan ini, teacher-centered memakai perencanaan dan intruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid.
Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered
Terdapat tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered, yaitu.
1.      Merencanakan Sasaran Behavioral (perilaku).
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik dan harus memiliki tiga bagian, yaitu.
·      Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
·   Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
·  Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima
                                              
2.       Menganalisa Tugas
Analisan tugas berfokus pada pemecahan suatu tugas yang kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Analisa tersebut dapat melalui tiga langkah dasar.
·        Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
·   Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukaan tugas, seperti kertas, pemsil, kalkulator, dan lain-lain.
·        Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.

     3.      Menyusun Taksonomi Instruksional
              Taksonomi adalah sistem klasifikasi, taksonomi instruksional membantu pendekatan teacher-centered. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga dominan :
a.  Dominan kognitif, mengandung enam sasaran, yaitu (1) Pengetahuan, murid punya kemampuan untuk mengingat informasi. (2) Pemahaman, murid memahami informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat sendiri. (3) Aplikasi, murid menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. (4) Analisis, murid memecah informasi yang kompleks  menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. (5) Sintesis, murid mengkombinasikan elemen-elemen dan menciptakan informasi baru. (6) Evaluasi, murid membuat penilaian dan keputusan yang baik.

b.     Dominan efektif, terdapat lima sasaran yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas, (1) Penerimaan, murid mengetahui atau memerhatikan sesuatu di lingkungan. (2) Respons, murid termotivasi untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya. (3) Menghargai, murid terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman. (4) Pengorganisasian, murid mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat. (5) Menghargai karakterisasi, murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmennya kepada nilai tersebut.

c.   Dominan psikomotor, sasaran psikomotor tersebut adalah, (1) Gerakan refleks, murid merespons suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berfikir.  (2) Gerak fundamental dasar, murid melakukan gerakan dasar untuk tujuan tertentu. (3) Kemampuan perseptual, murid menggunakan indra untuk melakukan sesuatu. (4) Kemampuan fisik, murid mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan. (5) Gerakan terlatih, murid melakukan keterampilan fisik yang kompleks dengan lancar. (6) Perilaku nondiskusif, murid  mengkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh.

Instruksi Langsung
Instruksi langsung (direct instruction) merupakan pendekatan  teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.  Fokus instruksi langsung adalah aktivitas akademik, bukan materi non-akademik.
Tujuan penting dari instruksi langsung adalah memaksimalkan waktu belajar murid. Waktu yang dipakai murid dalam mengerjakan tugas-tugas akademik dikelas dinamakan waktu pembelajaran akademik.

Strategi Instruksional Teacher-Centered
a.      Mengorientasikan
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, susunlah kerangka pelajaran dan orientasikan murid ke materi baru tersebut.
b.     Advance organizer
Adalah aktivitas dan teknik pengajaran dengan membuat kerangka pelajaran dan mengorientasikan murid pada materi sebelum materi itu diajarkan. Advance organizer terdiri dua bentuk : expository advance organizer dan comparative advance organizer.
c.      Pengetahuan, Penjelasan, dan Demonstrasi
Pengajaran dengan ceramah, penjelasan dan demonstrasi adalah aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam mendekati instruksi langsung.
d.     Pertanyaan dan Diskusi
Diskusi dan pertanyaan perlu diintegrasikan ke dalam pendekatan instruksi teacher-centered. Dalam menggunakan strategi ini, penting untuk merespons setiap kebutuhan pembelajaran murid sembari menjaga minat dan perhatian kelompok.
e.      Mastery Learning
Merupakan pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topik yang lebih sulit.
f.       Seatwork
Seatwork/tugas di bangku kelas adalah menyuruh semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka.
g.     Pekerjaan Rumah
Keputusan instruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada murid.

Kelebihan teacher centered learning
·        Informasi dapat diberikan kepada sejumlah siswa dalam waktu yang singkat
·        Pengajar mengendalikan organisasi,mater dan waktu sepenuhnya
·        Menyediakan forum bagi pakar untuk mengutarakan pengalamannya
·        Pada umumnya memungkinkan untuk menggunakan metode assessment secara cepat dan mudah

Kekurangan teacher centered learning
·        Pengajar mengendalikan pengerahuan sepenuhnya
·        Terjadi komunikasi satu arah
·        Tidak kondusif untuk terjadinya critical thinking
·        Mendorong terjadinya pembelajaran secara pasif

Prinsip Learner-Centered
Instruksi dan perencanaan learner-centered adalah para siswa, bukan guru. Meningkatnya minat terhadap prinsip learner-centered dalam perencanaan dan instruksi ini telah menghasilkan  satu set pedoman diberi judul Learner-Centered Psychologycal Principles: A Framework for School Reform and Redesign.
Learner-Centered Principles Work Group percaya bahwa selama dekade yang lalu riset psikologi yang relevan dengan pendidikan telah memberikan banyak informasi, dan meningkatkan pemahaman mengenai aspek kognitif, emosional dan kontekstual dari pembelajaran. Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif.

Faktor Kognitif dan Metakognitif
·        Sifat proses pembelajaran.
·        Tujuan proses pembelajaran.
·        Konstruksi pengetahuan

Faktor Motivasi dan Emosional
·        Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran.
·        Motivasi intrinsik untuk belajar
·        Efek motivasi terhadap usaha

Faktor Sosial dan Developmental
·        Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
·        Pengaruh sosial terhadap pembelajaran

Faktor Perbedaan Individual
·        Perbedaan individual dalam pembelajaran
·        Pembelajaran dan diversitas
·        Standar dan penilaian

Beberapa Strategi Instruksional Learner-Centered
a.      Pembelajaran Berbasis Problem.
Pembelajaran berbasis problem menekankan pada pemecahan problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan memberi problem riil kepada murid, yakni problem yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
b.     Pertanyaan Esensial.
Pertanyaan esensial adalah pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal paling pemting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid.
c.      Pembelajaran Penemuan
Pembelajaran penemuan adalah pembelajaran di mana murid menyusun pemahaman sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi lamgsung, di mana guru menjelaskan secara langsung informasi kepada murid.

Kelebihan learner centered :
·        Menyertakan siswa dalam proses pembelajaran
·        Mendorong siswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak
·        Menjalin siswa dengan kehidupan nyata
·        Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif
·        Mendorong terjadinya critical thinking
·        Mengarahkan siswa untuk mengenali dan menggunakan berbagai macam gaya belajar

Kekurangan learner centered :                 
·        Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak
·        Belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum
·        Belum tentu sesuai untuk siswa yang tak terbiasa aktif

1.3. Analisis Data
Data diperoleh langsung di sekolah yang telah kami tentukan yaitu SMP Al-Azhar Medan. Hasil data diolah sesuai dengan hasil pengamatan  yang kami lakukan langsung di kelas yang ditentukan dari pihak sekolah, yaitu dengan dua cara.
1.     Observasi Langsung
Data yang kami ambil pada observasi kelompok kami adalah siswa kelas 8 Bilingual B di SMP Al-Azhar Medan yang dilakukan pada mata pelajaran terakhir yaitu Bahasa Indonesia dan dilakukan pada siang hari pukul 13.30.
2.     Wawancara
Diakhir kelas mata pelajaran usai, kami melakukan wawancara kepada 3 siswa perwakilan kelas dan guru pengajar. Pertanyaan yang kami ajukan kepada siswa mengenai bagaimana kepuasan mereka terhadap konsep pembelajaran yang diberikan oleh guru, metode apa yang mereka gunakan saat pembelajaran dan seperti apa kenyamanan mereka dengan tata kelas yang diberikan sekolah mereka.  Sedangkan pertanyaan yang kami ajukan kepada guru adalah mengenai metode pembelajaran apa yang diterapkan disekolah SMP Al-Azhar tersebut.

1.4. Alat dan Bahan
Pulpen
Notes
Kamera
Handphone

1.5. Sampel Penelitian dan Lokasi Pengambilan Data
Sampel penelitian observasi mengambil Siswa/i kelas 8 Bilingual B berada di lantai 2 SMP Al-Azhar Medan. Lokasi Pengambilan Data berada di SMP Al-Azhar Medan.

BAB II : PELAKSANAAN
Sistematis Pelaksanaan Penelitian
Tanggal
Kegiatan
16 Maret 2017
Meminta contoh sampel data dari tahun sebelumnya
17 Maret 2017
Mendiskusikan sekolah yang ingin dituju sebagai observasi
22 Marer 2017

Meminta surat izin sekolah ke kampus
24 Maret 2017

Mengantar dan meminta izin kepada pihak SMP Al-Azhar Medan
25 Maret 2017
Konfirmasi sekolah atas izin observasi
27 Maret 2017
Pelaksanaan observasi
3 April 2017
Diskusi hasil observasi
3 April- 6 April 2017

Penyusunan laporan diskusi
10 April 2017
Posting Blog

BAB III : LAPORAN dan EVALUASI DATA
2.1 Laporan
1.      Jadwal Kegiatan
Hari/tanggal                                       : Senin/27 Maret 2017
Waktu                                                 : Pukul 13.30 – 15.00
Kelas Observasi/ Mata Pelajaran    : 8 Bilingual B/ Bahasa Indonesia

2    2.2 Sistematika Observasi
  •    Saat tiba di lokasi SMP Al-Azhar kami meminta izin dan berjumpa dengan WKS 1 untuk melakukan observasi dan WKS 1 memilih kelas yang dituju.
  •     WKS 1 memberikan izin observasi di kelas 8 Bilingual B, lalu kami masuk dan meminta izin kepada guru yang mengajar dikelas tersebut dan mengamati proses pembelajaran.
  •      Selama di dalam kelas kami mengamati bagaimana guru menjelaskan materi  dan murid diminta guru untuk menjelaskan materi apa yang akan dibahas atau metode apa yang digunakan dalam materi tersebut.




  • Kami mengamati bagaimana manjemen kelas tersebut atau tata ruang kelas yang nyaman bagi murid.
  • Manajemen kelas yang kami amati berupa besarnya ruang kelas terhadap jumlah murid, letak fasilitas yang disediakan di kelas, dan pencahayaan ataupun tata lampu dikelas dan susunan bangku para murid.





  • Selama pengamatan tersebut kami mengambil dokumentasi kegiatan murid dan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut.
  • Setelah melakukan pengamatan di kelas, kami melakukan wawancara dengan meminta 3 orang siswa sebagai narusumber kami, dan juga mewawancara guru yang mengajar.



  • Pertanyaan yang kami ajukan kepada murid adalah
  1. Seberapa puas murid dengan konsep pembelajaran,
  2. Manejemen kelas yang disediakan, dan
  3. Metode yang digunakan guru dalam menjelaskan materi.

Sedangakan pertanyaan yang diajukan kepada guru adalah bagaimana metode yang dilakukan ke murid apakah efektif atau tidak.

Hasil Observasi
Observasi kami lakukan di kelas 8 Bilingual B pada pukul 13.30. Jumlah siswa terdiri dari 27 orang dan ketika hadir hanya sekitar 21 orang. Suasana kelas tersebut cukup nyaman, kurang rapi dan bersih karena sudah siang dan setelah jam istirahat. Tata letak bangku dan meja disusun saling berhadapan. Meja guru di letak di bagian depan diantara kedua barisan bangku para siswa. Dalam gaya penataan kelas, kelas ini menggunakan gaya penataan tatap muka atau face to face(murid saling menghadap satu sama lain). Kelas dipenuhi berbagai karya siswa dan beberapa diantaranya mengenai konsep pembelajaran secara ringkas. Murid diberi loker buku untuk meletakkan barang mereka karena ukuran meja dan laci yang kecil. Kelas juga diberi dispenser sebagai air minum para siswa karena mereka melakukan proses belajar sampai sore. Pencahayaan lampu dikelas kurang baik, karena ada beberapa lampu yang tidak bisa dinyalakan dan pencahayaan dari luar ruangan tidak masuk kedalam kelas. Udara dikelas kurang nyaman karena ukuran kelas cukup luas tetapi ukuran tersebut sesuai dengan banyaknya siswa dan beberapa barang di kelas seperti dispenser dan loker buku, selain itu tersedia dua buah kipas angin dikelas tersebut tetapi kipas angin tersebut belum cukup memberikan suhu udara yang baik untuk murid.



Saat kami memasuki kelas guru sedang mengajarkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Beliau mengajarkan materi tentang puisi. Saat kami mengamati pembelajaran berlangsung, guru tidak menggunakan proyektor dan Power Point sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan materi yang akan dibahas berkaitan dengan membaca puisi karya mereka sendiri sehingga guru tidak menggunakan media pembelajaran . Kami juga menemukan bahwa media pembelajaran seperti proyektor tidak lengkap. Hal tersebut terjadi karena sekolah hanya menyediakan beberapa proyektor  untuk semua kelas bukan di setiap kelas tersedia. Setiap kelas harus saling bergantian dalam memakai proyektor apabila kelas tersebut ingin menggunakannya. Ini merupakan salah satu kekurangan dari fasilitas sekolah terhadap media pembelajaran.             

Minggu sebelumnya, murid-murid telah diberi tugas membuat puisi karya masing-masing.  Saat observasi kelas sedang berlangsung, guru sedang menyuruh para siswa untuk membacakan puisi karya mereka. Menurut kami, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut adalah metode teacher dan learner centered. Pada awalnya guru menjelaskan materi sebelumnya yaitu menjelasakan  pengertian puisi dan cara membuat puisi yang telah dipelajari pada minggu lalu kemudian mereka diberi tugas membuat puisi dan guru memeriksa hasil puisi sebagai tugas mereka. Lalu murid diminta oleh guru kembali menjelaskan materi yang telah dijelaskan minggu lalu untuk mengingat kembali materi tersebut dan meminta murid untuk membacakan hasil puisi karya mereka, serta menjelaskan maksud dari puisi tersebut kepada teman-teman mereka. Disini murid sebagai fasilitator yang menjelaskan materi puisi, dan guru membimbing muridnya dalam mengamati penjelasan dari para siswa.

Namun saat guru menjelaskan dan murid membaca puisi karya mereka, terkadang beberapa siswa lebih asik sendiri terhadap urusan masing-masing. Tetapi cara mengajar guru cukup santai sehingga para siswa tidak merasa jenuh biarpun mata pelajaran tersebut di mulai pada pukul 2 siang. Proses belajar mengajar cukup aktif, dimana siswa juga aktif dalam berpartisipasi dalam proses belajar. Pembelajaran terjadi secara 2 arah dan terkadang guru bisa mengkondisikan suasana kelas.

Diakhir pengamatan, kami melakukan wawancara kepada tiga perwakilan siswa kelas dan guru yang mengajar di kelas. Pertanyaan yang kami ajukan kepada 3 siswa adalah
  • Apa yang membedakan kalian dengan sebutan kelas Bilingual dengan kelas lain?
  • Bagaimana dengan pemanfaatan teknologi seperti proyektor saat kalian melakukan proses pembelajaran? Seberapa sering kalian gunakan?
  • Menurut kalian, apakah suasana  dan penataan kelas tersusun dengan baik dan nyaman?

Dari ketiga pertanyaan yang kami ajukan kepada 3 siswa secara bergantian, kami menyimpukan bahwa mereka dikatakan siswa kelas Bilingual karena mereka menggunakan 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris saat proses pembelajaran dan itu tergantung mata pelajaran apa yang mereka pelajari di hari itu. Selain itu, saat melakukan proses pembelajaran pemanfaatan teknologi menurut mereka sangat baik karena mereka diajarkan untuk kreatif dan dapat menggunakan proyektor dan power point saat menyampaikan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran tersebut juga jarang dilakukan karena melihat materi apa yang akan mereka sampaikan dan siapa yang akan menyampaikan materi apakah murid atau guru mereka. Dan untuk jawaban terakhir kami menyimpulkan bahwa mereka cukup nyaman dikelas yang mereka gunakan saat belajar, karena kelas dipenuhi berbagai kreatifitas mereka, penataan kelas yang digunakan dimana susunan bangku dan kursi dibuat berhadapan dengan teman mereka dan posisi guru berada di tengah meja para murid. Pendapat mereka mengenai kelas tersebut adalah kelas juga terasa panas karena sirkulasi udara yang masuk kurang begitu baik dan pendingin ruangan tidak ada yang ad hanya kipas angin dikelas mereka sehingga terkadang terasa panas.

Sedangkan pertanyaan yang kami ajukan kepada guru adalah  mengenai bagaiamana metode pembelajaran yang biasa digunakan di SMP Al-Azhar dan bagaimana pendapat guru mengenai para siswa yang mengikuti pembelajarannya. Dari jawaban tersebut kami menyimpulkan bahwa di SMP Al-Azhar ini menerapkan instruksi pembelajaran teacher dan learner centered, guru membawakan materi dan kemudian murid juga diberi kesempatan untuk menyampaikan materi serta murid dibagi kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan pembelajaran. Siswa mengikuti pembelajaran secara aktif karena setiap akan datang guru menyampaikan strategi apa yang akan digunakan untuk pembelajaran selanjutnya dan mewajibkan para siswa untuk membaca materi sebelum mengikuti pembelajaran.


Evaluasi
Dalam penelitian observasi ini, kami mengamati beberapa topik pembelajaran, yaitu manajemen kelas, konsep e-learning, instruksi pembelajaran yang digunakan guru. Kami mengalami sedikit hambatan ketika mendapat izin dari pihak sekolah, dimana SMP Al-Azhar merupakan sekolah dibawah naungan yayasan, sehingga pihak sekolah harus meminta izin dulu kepada pihak yayasan dalam memberikan izin kepada kami untuk melakukan observasi. 2 hari setelah kami meminta izin, kami diberi kabar diizinkan untuk melakukan observasi di Al-Azhar. Selain itu, terdapat perencanaan yang sudah disusun yang kurang sesuai saat kami melakukan pengamatan. Pada awalnya kami telah menyusun rencana untuk melakukan pengamatan kepada kelas yang melakukan pembelajaran e-learning, yaitu menggunakan proyektor dan power point sebagai media pembelajaran, tetapi ketika dilapangan pihak sekolah tidak memberikan kelas dimana guru atau murid tidak menggunakan proyektor dan power point sebagai media pembelajaran dan tidak sesuai yang ingin kami observasi. Menurut kami kemungkinan adanya kurang komunikasi antara anggota yang meminta izin dan pihak sekolah yang menentukan kelas yang akan di observasi.

Walaupun saat kami melakukan observasi tidak sesuai yang kami harapkan, tetapi berdasarkan hasil wawancara kami kepada perwakilan siswa dan guru yang mengajar bahwa SMP AL-Azhar memakai konsep e-learning dalam pembelajaran yaitu memakai proyektor dan menggunakan power point tetapi bergantung terhadap materi yang akan diajarkan.

Selain itu, kendala lain dari observasi kami adalah dikarenakan observasi kami dapat dilakukan saat setelah istirahat sholat Zuhur dan makan, pengamatan kami mengenai manajemen kelas adalah keadaan kelas kurang kondusif saat siswa mengikuti mata pelajaran siang hari hal ini disebabkan udara kelas yang kurang baik  dan pencahayaan yang kurang baik masuk ke ruangan kelas, sehingga kelas terasa sedikit gelap. Meskipun begitu konsep pembelajaran di SMP Al-Azhar dan manajemen kelas seperti penataan meja, bangku dan sebagainya sudah tersusun cukup baik.

Testimoni
Alde Rahman Ifari (16-166)
Kami melakukan observasi pada pukul 2 siang dimana itu merupakan jadwal belajar selepas ishoma. Kami mendapatkan kesempatan untuk mengobservasi kelas 8 bilingual B. Saat itu guru menjelaskan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru mengajar dengan cukup mudah dan energik dan cara mengajar cukup santai. Para siswa cukup antusias dengan kegiatan belajar di kelas tersebut, tetapi suasana kelas tidak kondusif dan udara panas membuat proses belajar dan mengajar menjadi terganggu. Untungnya, guru tahu bagaimana cara agar para siswa tetap fokus dan tidak asik dengan kegiatannya sendiri.

Eunike Aprillia Siagian (16-169)
Dari observasi sekolah pada SMP Al-Azhar ini, sistem e-learning dan pengajarannya sudah cukup efektif. Disini saya benar-benar bisa mengerti dan dapat mengaplikasikan dengan jelas contoh nyata dari teori yang ada. Kemudian merasakan sulitnya untuk mencari sekolah, meminta izin dengan kepala sekolah, mengurus surat izin dan mengatur pertemuan selanjutnya untuk melakukan observasi. Berkomunikasi dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung dan yang agak sulit saat menyusun kata-kata untuk meminta izin. Mengatur konsep observasi yang berlangsung. Banyak belajar menjadi seorang leader dalam kelompok yang menguji kesabaran, keikhlasan, serta menampun semua pendapat dari anggota. Lalu mengamati interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar menjadi pelajaran bagi saya sendiri. Begitu sulitnya mengamati mereka dalam proses belajar, ada yang bermain-main saat guru menerangkan, ada yang bercerita dengan temannya saat pelajaran berlangsung dan yang paling sulit adalah saat observasi berlangsung dan mereka tau sedang di observasi, mereka menjadi baik saat kami mengamati interaksi mereka. Namun, itu semua sudah bagian dari resiko observasi ini. Bagi sekolah SMP Alazhar Medan ini, hendaknya dapat memfasilitasi sistem e-learningnya secara merata pada seluruh kelas, tidak hanya pada beberapa kelas saja ataupun saat materi yang memerlukan sistem e-learning tersebut.

Saras Gusvita (16-173)
Menurut saya, salah satu tugas observasi mata kuliah psikologi pendidikan adalah hal yang menarik, karena tugas ini memberikan saya kesempatan untuk belajar mengamati lingkungan pembelajaran di sekolah dan ini adalah perdana saya dalam melakukan tugas observasi.  Manfaat observasi ini adalah saya dapat mengetahui bagaimana para guru memberikan metode pembelajaran serta bagaimana guru mengatur murid di dalam kelas, belajar untuk bekerja sama dan menyatukan berbagai pendapat dari setiap anggota, memilih waktu dan menyusun perencanaan untuk observasi dan menguji kesabaran terhadap berbagai persoalan yang dihadapi selama proses observasi ini.Terdapat kendala yang saya alami, seperti saat melakukan observasi pada siang hari, sehingga suasana kurang kondusif di dalam kelas, mengatur waktu antara mengerjakan laporan dengan mengerjakan tugas lain. Observasi ini sangat perlu bekerja keras agar hasil laporan maksimal dan sesuai dengan yang diamati. Dengan adanya tugas observasi ini, saya belajar untuk membagi waktu dengan baik antara tugas observasi dan tugas mata kuliah yang lain.

Nabila Yasmin Fahira (16-180)
Pada tanggal 27 maret 2017, saya dan teman-teman saya melakukan observasi ke sekolah al-azhar untuk tugas pendidikan kami.  Kami di sana melakukan observasi melihat bagaimana di kelas mereka belajarnya, apa yang mereka gunakan untuk belajarnya, dan apakah suasanya nyaman untuk belajar. Jadi kami mengamati keadaan di kelasnya, suasananya terkadang ribut terkadang tidak, murid-murid nya juga dapat mengikuti pembelajarannya, dan di kelas itu biasanya mereka menggunakan alat bantu yaitu proyektor, itu berguna dalam pembelajaran, untuk tidak bosan dan memanfaatkan teknologi yang tersedia di sekolah tersebut. Ada kekurangannya untuk di dalam ruangan karena di dalam hanya menggunakan kipas  tetapi  tidak banyak sehingg murid-murid kepanasan. Itu bisa membuat tidak konsentrasinya dalam belajar, tapi tetap dapat mengikuti pembelajaran. 

Alifah Nabilah (16-182)
Bedasrkan tugas pendidikan,kami disuruh untuk melakukan observasi kesekolah, Jadi hari Senin tanggal 27 maret 2017 kami melakukan observasi ke sekolah SMP Al-Azhar di medan guna melaksanakannya.disana kami melihat bagaimana proses belajar mengajar nya ,sistem belajarnya,media belajar dan suasana kelas
Terkadang mereka belajar menggunakan proyektor dan juga suasana awal kelas kondusif namun mulai ricuh saat guru menyuruh untuk melakukan sesuatu dan juga kelas kurang dalam hal seperti kipas angin dan lampu.

Dhita Dwi Endayu (16-188)
Pada awal memasuki sekolah smp alazhar, saya merasa bernostalgia kembali dengan sekolah, karena smp ini adalah smp saya dulu. Saya menjadi rindu dengan kegiatan di sekolah ini. Dan dalam hal observasi,sebelumnya saya tidak pernah melakukan observasi apapun atau dimanapun, ini yang hal perdana yang pernah saya lakukan. Observasi ini memberikan banyak pelajaran bagi saya sendiri, pelajaran bagaimana mengetahui kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan murid. Beda rasanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan mengobservasi bagaimana kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Kemudian, observasi ini juga mengajarkan saya bagaimana bekerja kelompok dengan seharusnya, mengajarkan kerja sama satu sama lain, dengan tidak memaksakan kehendak sendiri. Observasi ini juga dapat membuat lebih memahami bagaimana materi yang sudah dipelajari sebelumnya di kelas. Observasi ini membutuhkan kerja keras, karena agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Dan observasi ini juga dapat mengajarkan saya untuk memanage waktu, dengan membagi waktu untuk mengerjakan observasi dengan hal yang lainnya. Saya berharap akan ada sesi observasi selanjutnya di kemudian hari agar dapat lebih menambah pelajaran berharga bagi saya.

Doli Indra Aulia (16-233)
Observasi ini adalah kali pertama bagi saya, menurut saya dalam observasi ini sangatlah menyenangkan bisa langsung turun kelapangan dengan melihat bagaimana metode pembelajaran dikelas dan suasana kelas tersebut. Guru sangatlah pandai untuk menenangkan muridnya ketika suasana sedang ribut dan guru diSMP Al-Azhar Medan sangatlah ramah, setiap kelas sangat banyak papan kelas dengan kertas yang bertulisan motivasi-motivasi semnagat belajar dari hasil tulis murid itu sendiri. Banyak hal positif yang bisa diperoleh bahwa semangat belajar bukanlah hanya dari diri sendiri tapi dengan tulisan tulisan atau gambar yang bisa membuat kita termotivasi untuk belajar. Dan ketika melihat mereka saya teringat disaat masa SMP saya, semoga saya dan teman teman bisa kembali berobservasi bersama dimasa mendatang. Pengalaman yang saya dapatkan disaat observasi ini adalah ketika kita kurang motivasi dari diri sendiri kita bisa membuat motivasi dengan segala bentuk untuk mendorong kita mencapai tujuan atau cita cita.

Lampiran


Poster




Daftar Pustaka
Santrock, J.W. 2004. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : Tri Wibowo BS. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP






0 komentar:

Posting Komentar