Pendidikan
Multikultural adalah pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi
perspektif dari beragam kelompok kultural atas dasar basis regular.
Tujuannya
adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid.
Memberdayakan Murid
Pemberdayaan
(empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan
memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil.
Pengajaran yang Relevan Secara
Kultural
Pengajaran
yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari pendidikan
multikultural. Pakar pendidikan multikultural percaya bahwa guru yang baik akan
mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran menjadi lebih efektif.
Pendidikan yang Berpusat pada Isu
Pendidikan
yang Berpusat pada Isu Merupakan
aspek penting dari pendidikan multikultural. Dalam pendekatan ini murid diajari
secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan
keadilan sosial.
Meningkatkan Hubungan di Antara
Anak dari Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
- Kelas Jigsaw: kelas dimana murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama.
- Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda: hubungan meningkat ketika murid saling berbicara satu sama lain tentang kecemasan mereka, kesuksesan mereka, kegagalaan mereka, strategi mereka untuk mengatasi masalah, minat mereka dan sebagainya.
- Pengambilan perspektif: latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perpektif orang lain dapat mengingkatkan relasi antar-etnis.
- Pemikiran kritis dan inteligensi emosional: murid yang belajar berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar-etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan tak lagi menstereotipkan orang lain. Inteligensi emosional bermanfaat bagi hubungan antar-etnis.
- Mengurangi bias: Louise Derman-Sparks dan Anti-Bias Curriculum Task Force (1989) menciptakan sejumlah alat untuk membantu anak mengurangi, menglola atau bahkan mengeliminasi bias. Strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru:
a. Ciptakan
lingkungan kelas antibias dengan memasang gambar anak dari berbagai latar belakang etnis dan kultura.
b. Pilih materi
drama, seni, dan aktivitas kelas yang memperkaya pemahaman etnis dan kultural.
c. Gunakan boneka “persona”
untuk anak kecil. Enam belas boneka mewakili latar belakang kultur dan etnis
yang berbeda-beda
d. Bantu murid
menolak stereotip dan diskriminasi
e. Ikutlah dalam
aktivitas peningkatan kesadaran untuk memahami pandangan cultural Anda sendiri
secara lebih baik dan untuk menangani stereotip atay bias yang mungin Anda
miliki.
f. Bangun dialog
guru/orang tua yang membuka diskusi tentang masing-masing pandangan; lakukan
tukar-menukar informasi tentang bagaimana anak mengembangkan prasangka; dan
beri tahu orang tua tentang kurikulum antibias.
- Meningkatkan toleransi: Teaching Tolerance Project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan pemahaman antarkultur dan hubungan antar anak kulit putih dengan kulit bewarna.
- Sekolah dan komunitas sebagai satu tim: psikiater dari Yale, James Comer percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak. Ada 3 aspek penting dari Comer Project yaitu:
a. Pemerintah dan
tim manajemen yang mengembangkan rencana sekolah yang komprehensif, penilaian
strategi, dan program pengembangan staf.
b.
Tim pendukung
sekolah dan kesehatan mental
c.
Program orang
tua.
Program Comer menekankan pendekatan no-fault(focus pada pemecahan masalah,
bukan saling menyalahkan), tidak ada keputusan kecuali melalui konsensus dan tidak
ada “paralysis”( tak ada suara tidak
setuju yang bisa menghadang keputusan mayoritas. Comer percaya bahwa seluruh
komunitas sekolah harus kooperatif, bukan bersikap bermusuhan.
0 komentar:
Posting Komentar