Minggu, 02 April 2017

Pendidikan Multikultural


Pendidikan Multikultural adalah pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi perspektif dari beragam kelompok kultural atas dasar basis regular.
Tujuannya adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid.

Memberdayakan Murid
Pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil.

Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Pengajaran yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari pendidikan multikultural. Pakar pendidikan multikultural percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran menjadi lebih efektif.

Pendidikan yang Berpusat pada Isu
Pendidikan yang Berpusat pada Isu Merupakan aspek penting dari pendidikan multikultural. Dalam pendekatan ini murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial.

Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
  • Kelas Jigsaw: kelas dimana murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama.
  • Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda: hubungan meningkat ketika murid saling berbicara satu sama lain tentang kecemasan mereka, kesuksesan mereka, kegagalaan mereka, strategi mereka untuk mengatasi masalah, minat mereka dan sebagainya.
  • Pengambilan perspektif: latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perpektif orang lain dapat mengingkatkan relasi antar-etnis.
  • Pemikiran kritis dan inteligensi emosional: murid yang belajar berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar-etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan tak lagi menstereotipkan orang lain. Inteligensi emosional bermanfaat bagi hubungan antar-etnis.
  • Mengurangi bias: Louise Derman-Sparks dan Anti-Bias Curriculum Task Force (1989) menciptakan sejumlah alat untuk membantu anak mengurangi, menglola atau bahkan mengeliminasi bias. Strategi antibias yang direkomendasikan untuk guru:

a. Ciptakan lingkungan kelas antibias dengan memasang gambar anak dari berbagai latar belakang etnis dan kultura.
b. Pilih materi drama, seni, dan aktivitas kelas yang memperkaya pemahaman etnis dan kultural.
c. Gunakan boneka “persona” untuk anak kecil. Enam belas boneka mewakili latar belakang kultur dan etnis yang berbeda-beda
d. Bantu murid menolak stereotip dan diskriminasi
e. Ikutlah dalam aktivitas peningkatan kesadaran untuk memahami pandangan cultural Anda sendiri secara lebih baik dan untuk menangani stereotip atay bias yang mungin Anda miliki.
f. Bangun dialog guru/orang tua yang membuka diskusi tentang masing-masing pandangan; lakukan tukar-menukar informasi tentang bagaimana anak mengembangkan prasangka; dan beri tahu orang tua tentang kurikulum antibias.
  • Meningkatkan toleransi: Teaching Tolerance Project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan pemahaman antarkultur dan hubungan antar anak kulit putih dengan kulit bewarna.
  • Sekolah dan komunitas sebagai satu tim: psikiater dari Yale, James Comer percaya bahwa tim komunitas merupakan cara terbaik untuk mendidik anak. Ada 3 aspek penting dari Comer Project yaitu:

a. Pemerintah dan tim manajemen yang mengembangkan rencana sekolah yang komprehensif, penilaian strategi, dan program pengembangan staf.
b.      Tim pendukung sekolah dan kesehatan mental
c.       Program orang tua.

   Program Comer menekankan pendekatan no-fault(focus pada pemecahan masalah, bukan saling menyalahkan), tidak ada keputusan kecuali melalui konsensus dan tidak ada “paralysis”( tak ada suara tidak setuju yang bisa menghadang keputusan mayoritas. Comer percaya bahwa seluruh komunitas sekolah harus kooperatif, bukan bersikap bermusuhan.





0 komentar:

Posting Komentar